![]() |
| Foto : Antara |
Semenjak diumumkannya Anies Baswedan sebagai calon presiden RI 2024-2029 oleh 3 partai pengusung NasDem, PKS dan Demokrat yang tergabung dalam koalisi perubahan. Nama Anies Baswedan kerap menjadi bahan pembicaraan.
Ditengah masyarakat ada 2 prespektif terhadap Anies, pertama yang menganggap Anies Baswedan Sukses pimpin Jakarta, dan yang lain menganggap Anies Baswedan tidak bekerja dengan baik yang belakangan dianggap hanya pinter ngomong, pinter merangkai kata-kata.
Seperti yang diucapkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam video pendek yang viral di media sosial "bahwa 5 tahun belakangan ini DKI Jakarta dipimpin orang pintar ngomong," sebutnya.
Pada tahun 2020 juga sempat ramai sindiran Mahfud MD kepada Anies Baswedan soal "Tata Kata" terkait ucapannya terhadap kebijakan PSBB yang katanya menyebabkan kerugian negara. Hingga kini masih selalu dibahas dibeberapa kesempatan diskusi dan wawancara.
Lantas apakah Anies Baswedan memang hanya pintar omong? ohya, tuduhan Anies Baswedan Pinter Ngomong itu berbeda dengan tuduhan Anies Baswedan Hanya Pinter Ngomong.
Kalau Anies dituduh Pinter ngomong, ya faktanya memang Anies Baswedan memiliki skil komunikasi yang sangat bagus, tidak heran tahun 2014 Anies ditunjuk sebagai Juru Bicara tim pemenangan Jokowi-JK.
Jika Anies Baswedan dituduh Hanya Pinter Ngomong, yang artinya Anies tidak bisa bekerja, maka itu tuduhan yang Debatable lah. Butuh ruang dan waktu sendiri untuk menjawabnya, atau bahkan tidak perlu dijawab sama sekali sih.
Namun bagaimanapun mereka yang paling berhak untuk menuduh Anies Baswedan adalah warga Jakarta. Kalau memang konteksnya adalah selama Anies Menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Disclaimer dulu deh, saya tidak ada keterkaitan apapun dengan Anies Baswedan, bukan warga Jakarta dan juga bukan pendukung Anies Baswedan sebagai gubernur DKI Jakarta maupun sebagai calon presiden.
So kenapa saya bahas? Karena kebetulan banyak sekali yang selalu mengatakan Anies Baswedan hanya pinter omong, pinter merangkai kata-kata. Yang intinya seolah-olah kalau Anies Baswedan (atau siapapun) pinter omong itu identik dengan negatif issues.
Yang ingin saya bahas adalah, memang apa salahnya kalau Anies Baswedan Pinter Ngomong? atau tiak perlu Anies Baswedan deh, memang apa salahnya kalau gubernur atau pejabat publik pinter ngomong?
Pasti jawabannya, ya gak ada yang salah, yang salah itu pinter ngomong tapi gak bisa kerja. Oke, saya sepakat, seorang pejabat selain harus pinter ngomong juga harus bisa kerja, setidaknya apa yang "diomongkan" relevan dengan apa yang dikerjakan, gitu kan? saya sepakat, no debat!.
Tapi gini, perlu diketahui dan kita harus sepakat dulu bahwa pemimpin itu baik wali kota/bupati, gubernur hingga presiden, mereka bekerja di ranah konsep. Mereka bekerja membangun dan mengembangkan gagasan besarnya untuk daerah yang dia pimpin.
Tiap-tiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda, bisa jadi konsep ciamiknya pak Ridwan Kamil di Jawa Barat tidak bisa diterapkan untuk DKI Jakarta dan sebaliknya gagasan besar Anies Baswedan di DKI Jakarta tidak bisa di bawa ke Jawa Barat. Oleh karena itu, untuk memimpin suatu daerah perlu pemikiran dan gagasan yang holistik dan kontekstual.
Dalam dunia kepemimpinan, kemampuan ngomong yang oke itu benar-benar krusial. Bayangin aja, gimana kalau pemimpinnya tidak bisa komunikasi yang bagus? Bisa-bisa muncul masalah besar dan blunder gara-gara miss komunikasi.
Sering kan kita lihat para pejabat kita blunder karena komunikasi yang kurang oke. Tidak perlu disebutin satu-satu lah. Kita semua melihat, mendengar dan merasakan hal yang sama.
Jadi, penting pemimpin atau pejabat publik punya skill komunikasi yang kuat. Bukan hanya agar keren saja, tapi perlu kita sadari bahwa terjadinya kesalahpahaman yang berujung konflik itu disebabkan karena masalah miss komunikasi. Tidak sepaham dengan konteks, sedangkan keduanya memiliki kepentingan yang sama.
Tidak hanya itu, pemimpin yang kurang pandai berkomunikasi juga bisa mengakibatkan reputasi instansi atau pemerintahan jadi buruk. Pemimpin kan harus bisa bikin citra positif dan terpercaya. Nah, kalau pesannya tidak jelas, tidak konsisten, atau bahkan ngelantur, masyarakat jadi tidak percaya. Lama-lama, bisa berdampak buruk pada dukungan dan kepercayaan publik.
Jadi, kalau Anies Baswedan pinter ngomong itu wajar, dan memang harus pinter ngomong, selain karena seorang intelektual, dia juga pejabat publik, ya setidaknya selama menjadi menteri dan Gubernur kemarin sih.
Soal apakah Anies Baswedan menepati janji-janjinya saat kampanye dulu, itu persoalan lain. Tapi seorang pejabat publik dan pimpinan harus pinter ngomong itu mutlak.
John C. Maxwell, siapa yang tidak kenal? penulis buku-buku terkenal tentang tema kepemimpinan. Dia punya konsep bahwa Kepemimpinan adalah tentang mempengaruhi orang lain, dan satu-satunya cara untuk melakukannya adalah melalui komunikasi yang baik.
Saya kira Anies, Ganjar, pak Jokowi dan siapapun yang berupaya memimpin Indonesia menuju bangsa yang maju juga paham konsep itu. Untuk itu penting kita mengubah perhatian kita dari hal-hal remeh temeh kepada hal-hal yang lebih subtansial.
Di dunia yang serba cepat dan rumit seperti sekarang, skill komunikasi itu makin penting. Ditengah-tengah masyarakat yang over informasi ini perlu adanya oase gagasan yang disajikan dengan teknik komunikasi yang ciamik dan relevan.
Dika.

